Melihat
kondisi bibik berjuang melawan pengyakitnya waktu itu benar-benar membuat aku
semakin yakin bahwa dia begitu sangat menyayangi anak semata wayangnya yang
sekarang sudah beranjak Remaja. Dengan cinta beliau merawat anaknya hingga saat
terakhir Tuhan datang menjemputnya. Dia adalah sosok wanita yang begitu tegar
baik dan sangat disegani oleh semeton di
Desa tempat tinggalku. Begitu ulet segala pekerjaan hampir pernah dia
joba kerjakan mulai merantau jualan di pasar renon dengan ibuku, beternak babi
hingga berjualan di kantin sekolah di tempat suaminya mengajar dan tentu masih
banyak kerjaan yang satwik yang pernah beliau kerjakan.
Menghidap penyakit kangker payudara
yang dideritanya selama bertahun-tahun hingga salah satu payudaranya diangkat
demi keselamatannya cara itupun pernah dia lakukan dan dengan sangat tegar
melalui perjalanan hidupnya dengan penuh rasa bersyukur. Betapa kuatnya bibiku
dan Ida sang Hyang widhi Wasa begitu menyayanginya sehingga dia bisa sembuh
dari kangker payudara yang dideritanya. Coban demi cobaan hidup tidak hanya
berhenti sampai di sana, tidak lama kemudian dia harus mengalami peristiwa yang
memilukan betapa tidak dia mengalami keguguran ketika mengandung anak keduanya
yang begitu sangat dia harapkan ketika akan menginjak usia keemasan dalam
hidupnya dia kembali harus mengidap penyakit diabetes yang semakin hari semakin
melemahkan organ tubuhnya. Bolak-balik dari dokter satu ke dokter yang lainnya
sudah pernah dia berobat dan hingga dua kali diharuskan untuk di rawat inap di
RS Sanjiwani agar mendapatkan perawatan yang Intensif dari pihak dokter yang
ada disana. Bibik yang merasa jenuh terkurung berada didalam ruangan memutuskan
untuk pulang dan melanjutkan agar di rawat di rumah saja. Karena kadar gula
darahnya semakin hari semakin meningkat hingga menimbulkan luka di seputaran
telapak kaki silih berganti membut langkahnya terbatas untuk berjalan dan
selama seminggu tidak bisa turun dari tempat tidurnya hanya rintihan yang
keluar dari mulutnya karena menahan sakit yang begitu menggerogoti tubuhnya.
Ketika itulah kondisinya mulai melemah dan napsu makannya berkurang hingga pada
hari-hari terakhir sebelum kepergiannya.
Pagi
hari aku terbagun dari mimpi yang membingungkan. Terdengar suara aji berbicara
melalui tlpun rumahku dengan anggota keluarga kami mengabarkan bahwa bibik
telah meninggalkan kami untuk selamannya.Ketika itu aku sedikit demi sedikit
mampu mengingat mimpi yang aku alami sebelum kuterbangundan dan mendengar
berita duka itu. Dua orang wanita yang berbusana serba putih berdiri tegak di
tepi barat jalan raya tepat depan tintu rumah bibikku dan kedua wanita itu
menghadap ke rumah bibik. Mengingat itu semua, aku rasa tuhan telah memberikan
kami pertanda melalui mimpiku itu Bahwa kami akan kehilangan salah satu anggota
keluarga yang begitu sangat kami sayangi.
Rasa
sedih, duka, kehilangan itulah yg selalu aku rasakan semenjak kepergiannya.
Ingin rasanya menjambak seseorang yang membuatnya mengalami penyakit yang aneh
dan ditutupi oleh penyakit diabetes seperti itu. Namun di lain sisi akupun
sadar bahwa semata-mata apa yang aku pikirkan hanyalah akan menimbulkan amarah
yang tidak terkendalikan. Melihat bibik yang sudah tidak kuat menahan sakitnya
selama berbulan-bulan dan tubuhnya semakin hari semakin kurus dengan kakinya
yang luka akupun tidak tahan melihatnya dan seolah ikut merasakan sakit yang
dia rasakan saat itu. Menyadari tentang kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi
biarlah beliau yang memberi jalan untuk semuannya. Mungkin kepergiannya sudah
menjadi rencana Hyang Widhi dan meyakinkan kami bahwa keputusan yang terbaik ialah
hanya dengan menjemput nyawa bibikku. Karena sudah tidak mungkin lagi bibik
menempati wadah (badan kasar) yang sudah rusak karena penyakit yang
dideritanya.
Benar
apa yang dinyatakan oleh dosen saya dalam bukunya yang berjudul “Kosmologi
Hindu” tentang penciptaan dan peleburan adalah wujud cinta kasih Tuhan, sebagai
berikut:
Penciptaan
yang di dalamnya juga terkadung peleburan adalah wujud cinta kasih Tuhan.
Manusia sangat mudah me-mahami jika penciptaan itu sebagai wujud cinta kasih
Tuhan. Tetapi sebaliknya manusia sangat sulit untuk memahami bahwa peleburan
atau kematian itu sebagai wujud kasih sayang Tuhan. Satu di antara seribu belum
tentu ada orang yang dapat memahami bahwa kematian itu adalah wujud dari kasih sayang Tuhan.
Sri Arjuna saja yang termasuk manusia unggul dengan kecerdasan rohani yang
tinggi, namun tidak bisa memahami
kematian sebagai wujud kasih sayang Tuhan. Untuk dapat me-miliki
pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan penerapan pada diri sendiri, agar
tetap tegar melihat yang lahir dan yang mati itu sama, membutuhkan usaha yang
sungguh-sungguh. Pengetahuan seperti ini memang harus
terus dicari dan mungkin membutuhkan
beberapa kali kelahiran dalam berbagai macam jenis kehidupan.
Orang yang telah mampu melihat semuanya adalah atman atau
roh dan tidak pernah melihat sebagai benda, maka kepadanya telah mampu memahami
bahwa di dunia ini tidak ada kematian. Sebab roh tidak pernah mengenal
kematian, ia hidup kekal abadi, atman tidak pernah dilahirkan karena
memang ia tidak pernah lahir. Atman ada bersamaan dengan Tuhan. Dengan
mengerti bahwa hanya ada roh, maka kemun-culannya ataman dengan
menggunakan badan materi dapat disadari sebagai wujud cinta kasih sayang Tuhan
untuk mem-berikan pengalaman kepada Atman bertualang dengan badan asthaprakrti.
Demikian pula setelah diketahui bahwa telah terjadi ketidak sesuaian antara atman
dengan asthaprakrti yang mewadahi, maka dengan cinta kasih Tuhan
memerintahkan atman untuk segera ke luar dari badan asthaprakrti
yang digu-nakan dan memberikan asthaprakrti yang baru dan lebih sesuai.
Di dalam perspektif jiwa, tidak mengenal kematian jiwa yang ada hanya
perpindahan jiwa dari badan asthaprakrti satu ke badan asthaprakrti
yang lainnya. Itu sebagai
wujud cinta kasih Tuhan, hal ini terjadi untuk alam microcosmos dan macrocosmos.
Ketika manusia memiliki pengetahuan tertinggi sebagai orang bijak, barulah
manusia mampu melihat secara objektif bahwa penciptaan hakikatnya sama dengan
peleburan, dan keduanya sebagai wujud cinta kasih sayang Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pengetahuan yang dapat menyebabkan seseorang mampu melihat bahwa kelahiran itu
hakikatnya sama dengan kematian merupakan pengetahuan yang utama.
Membaca kutipan diatas, rasa ikhlas, sabar dan tegar aku
upayakan dan nantinya akan selalu tertanam di dalam hidupku. Jika bibik
diberikan kesempatan untuk terlahir kembali di dunia ini pada kelahiran yang
berikutnya, aku yakin bibik akan menjadi manusia yang mendapatkan wadah
(badan) baru yang sempurna, menjadi umat
Hindu dan kembali ada di tengah-tengah kami semua dengan usia yang lebih muda
dari kami :) Om Awigenamastu.
Selamat
jalan bibik, kami anak-anakmu dan orang-orang yang bibik tinggalkan akan slalu
mendoakanmu. Semoga karma baikmu selama di dunia ini akan berbuah kebahagiaan yang abadi dan
menyatukanmu dengan Brahman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar